Hobby,  Tips,  Traveling

Selfie Berujung Maut, Ini Penyebabnya

Pagi ini satu berita muncul di feed Facebook Sy “2 Remaja Selfie di Batu Karang Terbawa Ombak 1 Hilang”. Teriring ucapan turut berduka cita dari bibir Sy, karena Sy tahu kemungkinan remaja yang hilang tersebut dapat ditemukan selamat sangatlah kecil, saya juga menghela napas menahan rasa sedikit miris. Lagi-lagi kasus selfie berujung maut.

Kenapa miris? Karena kejadian kematian akibat selfie ini jelas tidak akan jadi yang terakhir. Mungkin besok, lusa atau minggu depan, akan terjadi lagi kejadian yang sama. Kecelakaan bahkan kematian akibat selfie sepertinya sudah jadi hal biasa, saking biasanya sampai ada teman saya yang pernah berseloroh “selfie itu penyakit”. Penyakit yang berbahaya, selain bikin kecanduan bisa menyebabkan kematian.

Hasil googling dengan keyword “selfie berujung maut”

Tapi sebenarnya apa sih yang menyebabkan selfie bisa menjadi kegiatan yang berbahaya? Kenapa spesifik selfie, kenapa tidak secara umum fotografi itu berbahaya?

Kalau boleh jujur, kegiatan fotografi secara umum bisa mendatangkan bahaya apabila si fotografer kurang memperhitungkan resiko di lokasi. Banyak kok bertebaran video fotografer yang jatuh atau diserang objek fotonya (terutama fotografer wildlife). Tapi, betul jarang sekali yang berujung pada kematian.

Ini faktor-faktor yang membuat selfie bisa berujung maut:

Keterbatasan alat

Berbeda dengan fotografi biasa, selfie hampir pasti dilakukan menggunakan handphone. Handphone pastinya memiliki ketebatasan dibandingkan kamera profesional. Contohnya apabila background masih tampak kurang pas, kamera profesional bisa dengan mudah diganti lensa zoom nya.

Sedangkan kalau selfie mau tidak mau kita harus bergerak semakin mundur karena zoom di HP sangat terbatas. Akibatnya banyak orang yang terlalu dekat dengan pinggir jurang, gedung atau lokasi berbahaya lainnya hanya agar background selfienya terlihat bagus.

Fokus hanya pada diri sendiri

Silakan manteman coba ber-selfie sekarang. Perhatikan, bagian mana yang manteman paling beri perhatian? Pastinya pada wajah, gesture dan pose manteman sendiri bukan? Secara alamiah fokus kita pada latar belakang dan lingkungan sekeliling jauh berkurang.

Selain itu karena dilakukan sendirian, berbeda dengan fotografi yang proses memfoto dilakukan orang lain, pada saat selfie tidak ada orang yang memperingatkan apabila ada bahaya di belakang kita. Karena itulah biasanya pelaku selfie terlambat menghindar.

Keinginan untuk mendapatkan the-it-moment

Mari kita ambil contoh dari artikel yang saya share tadi. Berselfie di karang, pada saat ombak sedang besar memecah ke karang. Bagaimana kalau Sy bilang “tunggu saja dulu sampai ombaknya mereda”. Yang ada di kepala manteman pastilah “ya nggak keren donk, masa’ fotonya cuma duduk di batu belakangnya air doank”.

Saking banyaknya foto-foto keren di sosial media, secara nggak sadar kita ada tekanan mental ingin dapat the-it-moment itu. Timing waktu ombak menghantam badan kita pastinya jadi foto yang keren banget. Tapi kombinasikan dengan kedua faktor lainnya, bisa jadi ini penyebab utama selfie berujung maut.

Pastinya Sy nggak bilang supaya jangan berselfie lagi. Tapi, pastikan situasi dan kondisi semua aman. Apabila ternyata settingnya tetap tidak bagus di zona aman, tahan diri janganlah melangkah ke zona berbahaya. Ambil saja fotonya buat background, foto diri kita nanti bisa dengan mudah dimasukkan ke background pakai program Photoshop. Iya ga?

2 Comments