Movie

Review Jujur: Birds Of Prey, Balada Patah Hati Harley Quinn

Kalau boleh jujur sepertinya Hollywood sedang keranjingan membuat film yang berbau feminisme. Termasuk salah satunya Birds of Prey (and the Fantabulous Emancipation of One Harley Quinn) ini.

Iya, itu judul aslinya emang sepanjang itu. Harley Quinn banget lah…

So, Sy ga bisa nonton premier kali ini. Surprisingly nggak banyak yang sebar-sebar spoiler sebagaimana biasanya terjadi sama film superhero, malah yang banyak adalah pemberitan Birds of Prey menjadi film dari DC comics dengan pendapataan pembukaan terendah.

Sy ada pendapat tersendiri sih mengenai ini. Disimpen buat terakhir ya

Seperti biasa, mari kita mulai blog nya dengan

Birds of Prey Sinopsis

Putus dari Joker, Harley Quinn menemukan dirinya dalam pusaran emosi patah hati dan menjadi buruan semua penjahat dan polisi di kota Gotham. Dalam upaya menyelamatkan dirinya sendiri, Harley justru terlibat dalam upaya penyelamatan seorang remaja yang tidak sengaja mencopet berlian yang sangat berharga yang diinginkan penjahat penguasa Gotham, Black Mask.

What I like about Birds of Prey

Cewek banget

Cecewek yang pernah patah hati, pasti bisa relate banget deh sama kondisi hati Harley Quinn di film ini. Potong rambut? check! Beli makeup baru yang warnanya ga cocok sama muka? Check! Mulai piara binatang? Check! Cari kegiatan baru buat ngilangin stress? Check! Ketagihan junk food? Check! Mabok-mabokan? Buat sebagian orang, check!

Ditambah sama kepribadian Harley Quinn yang digambarkan meledak-ledak dan susah ditebak, Birds of Prey dengan menarik menggambarkan banget roller coaster transisi penyembuhan patah hati.

Feminis banget

Birds of Prey dibuka dengan quote sejuta umat “dibelakang laki-laki hebat, ada perempuan kuat” dan hampir sepanjang film topik berputar bagaimana para perempuan dengan kemampuan yang mumpuni di bidangnya masing-masing tidak pernah dianggap serius, bahkan kontribusinya diaku-aku oleh para laki-laki.

Sebagian besar cerita berputar di tiga karakter: Harley Quinn, Dinah Lance (Black Canary) dan detektif Renee Montoya. Kesamaan mereka bertiga? Sama-sama disepelekan dan tidak dianggap oleh lingkungannya. Harley Quinn is nothing more than Joker’s girlfriend. Dinah Lance is nothing more than a regular bar singer. Renee Montoya is nothing more than cocky detective. Tidak ada seorangpun yang menganggap mereka serius. Bahkan dalam kata-kata Harley Quinn sendiri…

Do you know what a harlequin is? A harlequin’s role is to serve. It’s nothing without a master. And no one gives two sh*ts who we are beyond that.

Banyak sekali scene yang dengan jelas memperlihatkan bagaimana para perempuan ini tidak percaya dengan kemampuan mereka sendiri tanpa dukungan laki-laki. Waktu pada akhirnya mereka bisa lebih mempercayai diri mereka sendiri…well, let’s say that this is a good movie about how to trust your own ability.

Rating

Sekali lagi, nggak semua film superhero buat anak-anak ya manteman. Birds of Prey ini dirating 17+ dan Sy bersyukur banget untuk itu.

Pertama, adegan kekerasan di Birds of Prey memang keras. Saya baca penata adegan actionnya adalah yang juga bekerja di film John Wick, so kebrutalan dan penggunaan berbagai perkakas dalam pertarungan sangat diharapkan. Manteman yang pernah baca review Sy yang lain mungkin sudah tau kalau Sy emang suka film action, jadi Sy kasih 4 jempol buat adegan action di Birds of Prey.

Banyak unsur dalam film ini juga mungkin tidak sesuai untuk penonton yang belum dewasa (malah mungkin yang sudah dewasa juga akan sulit menerima kalau pikirannya kurang terbuka), seperti kesehatan mental, LGBT, kekerasan terhadap anak, diskriminasi gender dan pelecehan seksual.

Tapi unsur-unsur inilah yang menurut Sy membuat Birds of Prey terasa sangat real, nyata dengan kenyataan hidup sekarang ini.

What I don’t like about Birds of Prey

Alur penceritaan dan cutting yang chaotic

Birds of Prey diceritakan berdasarkan narasi dari Harley Quinn, jadi penceritaannya loncat-loncat timeline dulu dan sekarang.

Menurut saya sebenarnya ini cocok banget dengan suasana hati Harley yang juga sedang ga puguh naik-turun. Penceritaan ini juga yang membuat filmnya jadi menarik. Tapi agak capek juga sih karena di kepala kita harus ngerunutin lagi timeline filmnya sementara pace filmnya sendiri juga cepet banget.

Pengkarakteran Birds of Prey Harley Quinn

Buat yang sudah pernah nonton Suicide Squad, mungkin sudah tau kalau karakter Harley Quinn memang unpredictable. Tapi dulu dia disebut gila dan terlihat seperti psikopat.

Harley Quinn di Birds of Prey seperti berubah-rubah naik-turun antara marah, sedih, senang, bijaksana, kekanak-kanakan, perhitungan, spontan semuanya bisa dalam hitungan detik. Yang sangat berbeda dengan Harley Quinn versi Suicide Squad adalah di Birds of Prey Harley tidak lagi kejam. Harley bukan lagi Harley yang tertawa-tawa bahagia waktu membunuh lawannya. So, yeah, agak bingung jadinya sebenarnya Harley Quinn itu karakternya bagaimana.

Sepatah-dua-patah-kata tentang Birds of Prey

I think, film ini sangat layak buat ditonton. Selain menghibur, jokes nya juga lucu (terutama kalau ngerti bahasa inggris sleng) dan konfliknya relate banget sama kehidupan jaman now. Manteman yang suka film action juga pasti sangat terhibur dengan adegan fight yang kreatif.

Lalu kenapa pendapatan pembukaan Birds of Prey bisa sedikit? Menurut Sy bukan karena filmnya jelek, karena justru kualitas filmnya sendiri cukup bagus. Tapi karena pasar film Hollywood sekarang beralih ke Asia dan jumlah penonton bioskop di negara-negara Asia turun jauh karena wabah Corona Virus.

Stay safe ya manteman. Jangan lupa pakai masker di tempat umum dan sering-sering cuci tangan.

Manteman sudah nonton Birds of Prey? Setuju atau nggak setuju sama review jujur Sy? Yuk ah kita ngobrol di komen yuk. Jangan lupa follow juga Instagram kami @inspirazzle2 ya. Buat penutup Sy kasih usulan film dengan tema yang relate sama Birds of Prey. Selamat menonton.

Tonton juga

Hit & Run; Kalau manteman suka film komedi-action. Baca reviewnya disini

Ocean 8; kalau manteman suka film bertema girls support girls

Brave; film keluarga tentang bagaimana perempuan juga sama hebatnya dengan laki-laki